makalah tentang penyuluhan beternak burung puyuh di desa sidorahayu wagir

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah ketenagakerjaan di negara-negara berkembang, termasuk halnya di Indonesia, berkaitan dengan sempitnya peluang kerja, rendahnya mutu tenaga kerja, tingginya angka pengangguran, rendahnya gaji dan upah, dan jaminan sosial yang kecil bahkan nyaris tidak ada. Masalah ketanagakerjaan merupakan masalah pokok yang harus dihadapi oleh negara dan masyarakat Indonesia untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur. Melemahnya daya serap tenaga kerja di beberapa sektor industri, membuat angka pengangguran bertambah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa. Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen, Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22 persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 2,74 persen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sya’adah (2014) yang menyatakan bahwa Pertambahan penduduk di suatu daerah di satu pihak merupakan modal pembangunan, karena terdapat angkatan kerja sesuai perkembangan penduduk tersebut, sedangkan di lain pihak akan menjadi beban pemerintah karena setiap jiwa akan membutuhkan kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan, penyediaan sarana dan prasarana dan sarana sekolah serta lapangan kerja. Pemerintah harus merangkul swasta untuk bersama-sama mengurangi dan menuntaskan masalah ketenagakerjaan di Indonesia ini. Selain itu untuk meningkatkan mutu tenaga kerja, pemerintah juga memberikan penyuluhan-penyuluhan guna memberikan pengetahuan tentang keterampilan atau sebagainya agar masyarakat dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Masalah utama yang ada di Kecamatan Wagir ini adalah kurangnya lapangan pekerjaan. Kurangnya lapangan pekerjaan di Kecamatan Wagir dimana lebih tepatnya di Kelurahan Sidorahayu mengakibatkan banyak pemuda yang masih menganggur. Kelurahan Sidorahayu memiliki sisi keunggulan dari desanya yaitu ketrampilan dan peternakan, sehingga diharapkan pemuda disana bisa memanfaatkan kelebihannya untuk menutupi kurangnya lapangan pekerjaan yang ada di Desa Wagir.
Pelatihan budidaya ternak puyuh dipilih sebagai alternatif untuk meningkatkan produktivitas di Kelurahan Sidorahayu dimana beternak ternak puyuh bukanlah sesuatu yang sulit dan bukan sesuatu yang terlalu menghabiskan waktu berada di kandang, hal ini pun akan disukai pemuda yang mungkin tidak terlalu suka untuk berternak dan berada di dalam kandang di waktu yang lama. Burung puyuh juga kebal terhadap penyakit dan berbagai stress hal ini sesuai dengan pendapat Kasiyati dkk (2009) yang menyatakan bahwa beberapa tahun terakhir puyuh juga dimanfaatkan sebagai hewan percoba dalam berbagai penelitian karena tahan terhadap stres, tahan pada berbagai penyakit, dan memiliki daya kesembuhan relatif tinggi.



1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan, selama ini masyarakat di Kecamatan Wagir lebih tepatnya di Kelurahan Sidorahayu belum mengoptimalkan usaha pekerjaan di Desa mereka secara maksimal, sehingga masih banyak pemuda yang menjadi pengangguran. Kekurangan lapangan pekerjaan di Kelurahan Sidorahayu ini menyebabkan banyaknya pengangguran khususnya pemuda di Kelurahan Sidorahayu. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan budidaya Ternak Puyuh untuk mengurangi pengangguran di Kelurahan Sidorahayu.

1.3. Tujuan
Kegiatan Penyuluhan ini bertujuan antara lain: menginformasikan kepada masyarakat Desa Wagir bahwa mudahnya dalam beternak Burung Puyuh, mengatasi masalah kekurangan lapangan pekerjaan di Desa Wagir khususnya pemuda, meminimalisir pengangguran yang ada di Desa Wagir, dan Memberikan kegiatan beternak untuk Desa Wagir khususnya pemuda.

1.4. Manfaat
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Pelatihan Budidaya Ternak Puyuh (Cortunix cortunix japonica) Sebagai Upaya Meningkatkan Produktivitas Masyarakat Di Desa Sidorahayu Kecamatan Wagir diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan para peternak dan dapat mengurangi pengangguran di Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. 

BAB II

GAMBARAN UMUM PENYULUHAN

Wagir merupakan kecamatan yang terdapat di kabupaten malang. Kecamatan wagir berada di antara lereng gunung kawi dengan suhu dapat mencapai 11-25oC dan berada di ketinggian ±450m diatas permukaan laut. Sidorahayu adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, dan merupakan salah satu jalan masuk dan keluar menuju kota malang sebagai jalur alternatif menuju kota malang tanpa kemacetan.
Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang mempunyai masalah ketenagakerjaan. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia disebabkan oleh sempitnya peluang kerja, rendahnya mutu tenaga kerja, tingginya angka pengangguran, rendahnya gaji dan upah, dan jaminan sosial masyarakat yang kecil (Prihanto, Purwaka Hari, 2012). Kecamatan Wagir merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Malang yang memiliki tingkat intensitas pengangguran yang cukup tinggi. Salah satunya adalah desa Sidorahayu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang yang mayoritas tingkat pengangguran didominasi oleh pengangguran berusia muda dan pengangguran berpendidikan. Salah satu penyebab tingginya angka pengangguran di Desa Sidorahayu yaitu tidak adanya keinginan dari masyarakat setempat terutama pada pengangguran berusia muda untuk meningkatkan sebuah keterampilan yang mereka miliki menjadi sebuah keuntungan untuk mereka dan sempitnya peluang kerja untuk masyarakat Desa Sidorahayu.
Masyarakat Desa Sidorahayu mayoritas bekerja sebagai pembuat kerajinan kok atau bola bulu tangkis dan sebagai pekerja pabrik rokok. Selain itu, terdapat masyarakat yang bekerja sebagai petani pangan dan peternak ayam pedaging. Dilihat dari bidang peternakan, usaha peternakan ayam pedaging memerlukan modal yang cukup besar dan memerlukan lahan yang luas. Banyak ditemukan lahan-lahan kosong yang belum terkelola dengan baik sehingga lapangan kerja yang ada di desa tersebut masih kurang. Terdapat sebuah usaha di bidang peternakan yang dapat dilakukan dengan modal kecil, tidak memerlukan lahan yang luas, dan menghasilkan sebuah keuntungan untuk peternak yaitu budidaya ternak puyuh. Ternak puyuh merupakan salah satu komoditas unggas sebagai penghasil telur dan daging. Keberadaannya dapat sebagai pendukung ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat. Usaha budidaya puyuh merupakan salah satu jenis usaha yang banyak diminati dan dikembangkan karena ternak puyuh ini merupakan ternak yang dapat berproduksi dalam waktu cepat (40 hari sudah bertelur).
Oleh karena itu, perlu diselenggarakan suatu upaya pelatihan mengenai budidaya ternak puyuh untuk meningkatkan produktivitas masyarakat di Desa Sidorahayu Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. Maka dari itu,  kami dari tim penyuluh ingin memberikan informasi kepada masyarakat setempat mengenai solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut sehingga tingkat pengangguran di Desa Sidorahayu akan semakin menurun dan meningkatkan kemakmuran masyarakat sekitar.

2.2. Gambaran Umum Masyarakat Sasaran

Wagir adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Lokasinya terletak di sebelah selatan Kota Malang. Kecamatan Wagir kelurahan Sidorahayu yang berada di daerah Kabupaten Malang adalah salah satu daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai peternak, petani dan pengrajin ketrampilan. Lahan yang luas digunakan untuk bercocoktanam seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Tidak sedikit juga yang memiliki peternakan kecil-kecilan, selain itu juga pengrajin ketrampilan.
Masyarakat Desa Wagir mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, peternak dan pengrajin ketrampilan. Masyarakat di desa tersebut masih banyak yang belum mendapatkan pekerjaan terutama pemuda yang ada di Kelurahan Sidorahayu. Pemuda di Desa Wagir masih belum banyak yang mendapatkan pekerjaan sehingga keseharian mereka hanyalah di rumah atau pun bekerja serabutan. Pemuda di Desa Wagir juga membentuk Karang Taruna untuk memudahkan bersosialisasi. Kegiatan Karang Taruna di desa ini juga masih kurang untuk menambah kegiatan, sehingga pemuda di desa ini banyak yang pengangguran. Peternak disini memiliki beberapa ternak, yaitu ayam potong, ayam petelur dan burung puyuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Panekenan (2013) yang menyatakan bahwa salah satu usaha peternakan yang dapat dikembangkan yaitu usaha ternak burung puyuh.
Peternakan burung puyuh merupakan salah satu sektor peternakan yang paling efisien dalam menyediakan daging dan telur. Beternak burung puyuh tidak memerlukan waktu yang lama untuk berada di kandang, tidak seperti berternak ayam pedaging dan petelur sehingga cocok untuk meminimalisir pengangguran pemuda di Desa Wagir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lainawa (2015) yang menyatakan bahwa usaha ternak puyuh saat ini termasuk salah satu sektor unggulan sebagai salah satu penyedia bahan makanan di Indonesia. Perlu diadakan suatu kegiatan untuk mengenalkan pemuda Desa Wagir cara budidaya Burung Puyuh untuk meningkatkan produktivitas pemuda di desa ini.

BAB III 

METODE PENYULUHAN

3.1. Metode Pelaksanaan

Penyuluhan  sangat ditentukan oleh metode yang dipakai. Metode penyuluhan  adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan oleh penyuluh kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung  agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru (Kusnadi, 2011). Menurut Wiriaatmadja (1983) dalam Farfar  (2014) bahwa dalam menyelenggarakan penyuluhan pertanian, para penyuluh dan peneliti selalu mencari metode efektif yang sifatnya mendidik, membimbing dan menerapkan,  sehingga inovasi baru yang disampaikan melalui penyuluhan dapat diterima oleh masyarakat. Cara untuk memilih metode yang  efektif, Kartasapoetra (1993) dalam Farfar  (2014), menyatakan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian dapat dilakukan metode pendekatan perorangan, metode pendekatan kelompok dan metode pendekatan massal. Akan tetapi pada dasarnya tidak ada suatu batasan yang tegas tentang pemilihan metode penyuluhan, sebab untuk suatu keadaan tertentu, setiap metode penyuluhan dapat diterapkan.
Metode penyuluhan yang akan gunakan oleh penyuluh haruslah diusahakan agar masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan (Rasyid, 2012). Metode pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya ternak puyuh (Cortunix cortunix Japonica)  Sebagai upaya meningkatkan produktivitas masyarakat di Desa Sidorahayu, Kecamatan Wagir dilakukan dengan dua metode penyuluhan yaitu diawali dengan metode pendekatan massal dilanjutkan dengan pendekatan perorangan. Adapun pelaksanaan dua metode tersebut melalui beberapa tahapan-tahapan diantaranya yaitu :
1.        Persiapan Kegiatan
a. Perijinan
Persiapan kegiatan dimulai dengan proses perijinan di daerah yang akan dilaksanakan kegiatan penyuluhan yakni Desa Sidorahayu Kecamatan Wagir. Perijinan kegiatan yang meliputi perijinan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan atau penyuluhan kepada kepala desa Sidorahayu Kecamatan Wagir selaku pejabat tertinggi di desa Kemudian surat tersebut diedarkan kepada kepala RW serta kepala RT yang akan membantu menggumumkan dan mengkoordinasi masyarakat desa setempat.
b. Proses Perijinan
Persiapan awal yang dilakukan yaitu melakukan perijinan. Proses perijinan dimulai dengan mendatangi kantor desa Sidorahayu dan menyerahkan surat pengantar penyuluhan. Kemudian tim penyuluh menjelaskan maksud dan tujuan mendatangi kantor desa Sidorahayu. Selanjutnya tim penyuluh melakukan wawancara dengan pihak perangkat desa untuk mengetahui profil dan data desa Sidorahayu



c.  Mendata calon peserta pelatihan
Mendata calon peserta pelatihan dengan bantuan pihak perangkat desa. Pihak perangkat desa akan membantu mengumumkan dan mendata calon peserta yang akan melasanakan kegiatan pelatihan budidaya ternak puyuh (Cortunix cortunix Japonica).
2.        Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah persiapan kegiatan sudah terpenuhi. Setelah semua persiapan terpenuhi maka akan dilaksanakan kegiatan sosialisasi tentang pelatihan budidaya ternak puyuh (Cortunix cortunix japonica) sebagai upaya meningkatkan produktivitas masyarakat di Desa Sidorahayu Kecamatan Wagir yang selanjutnya akan dibuat kesepakatan waktu dan program tersebut.

3.2. Materi Penyuluhan

Puyuh merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki prospek yang cukup baik  untuk dikembangkan. Pemeliharaan yang mudah, dapat dijadikan sebagai ternak unggulan. Puyuh yang biasa digunakan adalah jenis Cortunix-cortunix japonica. Keunggulan dari jenis puyuh tersebut adalah produksi telur yang cukup tinggi dapat mencapai 250-300 butir/ekor/tahun (Amo, dkk. 2013). Pada usia 40-45 hari sudah mampu menghasilkan telur dan bertelur selama 18 bulan. Telur merupakan produk utama yang dihasilkan dari puyuh. Selain telur, daging puyuh dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasil daging. Daging puyuh memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, rasa yang lezat, bertekstur lembut dan gurih (Handayani, dkk. 2013).  Pemeliharaan puyuh relatif singkat sampai dengan masa panen jika dibandingkan dengan jenis unggas lainnya, serta biaya pemeliharaan yang relatif rendah (Wiranda, dkk. 2009). Pada pemeliharaan puyuh harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu:
a.      Pemilihan bibit
Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan. Secara umum cara pemilihan bakalan sama dengan pemilihan bakalan pada ayam atau itik, yaitu dipilih berdasarkan kemampuan induknya. Parameter yang dilihat yaitu kemampuan produksi, kemampuan untuk tumbuh, serta penampilan eksterior. Penampilan eksterior dilihat dari masing-masing individu dengan indikasi sehat, tidak cacat dan lincah.
b.      Perkandangan
Pemeliharaan puyuh tidak memerlukan lahan yang luas seperti ternak ayam atau itik. Pada ayam untuk memelihara 1000 ekor membutuhkan lahan sekitar 100m2 sedangkan pada puyuh untuk memelihara 1000 ekor hanya membutuhkan lahan sekitar 7.5m2 (Wuryadi, 2011). Pada pemeliharaan puyuh membutuhkan sangkar dan disusun secara bertingkat. Sangkar disusun setinggi empat tingkat dengan ukuran 100x60x180 (pxlxt) dengan satu tingkatan sangkar setinggi 30 cm. Pada kandang periode starter – grower sangkar diberikan lampu dengan tujuan sebagai penerangan agar puyuh bisa makan dan sebagai penghangat. Ukuran watt lampu disesuaikan dengan keadaan untuk mencapai suhu yang optimal. Sedangkan pada periode layer sudah tidak diperlukan lampu di dalam sangkar. Sangkar periode starter berbeda dengan layer.  Pada saat periode tersebut, sangkar lebih tertutup dan diberi alas koran untuk menghindari puyuh terjebak ke dalam lubang jaring dan mempermudah memberikan pakan.
c.       Pakan dan minum
Ternak puyuh diberikan pakan dengan frekuensi satu kali atau dua kali sehari. Pada periode starter-grower diberikan pakan dengan takaran 15-20 gr/ekor secara ad libitum. Pada periode layer hanya diberikan pakan dengan takaran 22gr/ekor/hari. Pada keadaan aslinya, makanan burung puyuh adalah biji-bijian, daun-daunan dan serangga. Pada pemeliharaan secara intensif, makanan harus tersedia lengkap. Puyuh diberikan pakan secara ad libitum dengan kandungan energi metabolis sekitar 2900 kkal/kg. Fase starter (0-3 minggu) kandungan PK 24-28 %, Fase Grower (3-7 minggu) kandungan PK 20 % Fase Layer ( setelah umur 50 hari – 8 bulan) kandungan PK ± 24 %. Sebagai ternak potong,  puyuh berumur ≥ 8 bulan, maka diberi pakan yang mengandung PK ± 20 %. Pemberian minum pada periode starter-layer diberikan secara ad libitum. perbedaannya hanya pada saat periode starter, pada bagian tempat minum diberikan batuan kerikil atau kelereng untuk menghindari puyuh masuk ke dalam tempat minum dan mati.
d.      Pemeliharaan kesehatan
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin. Akan tetapi, jika di wilayah tertentu tidak pernah terjadi suatu penyakit tidak perlu dilakukan vaksinasi. Pemberian vitamin dilakukan untuk menjaga kesehatan puyuh.
e.      Penetasan
Penetasan dilakukan dengan tujuan agar peternak puyuh tidak perlu membeli puyuh indukan lagi. Penetasan dapat dilakukan dengan membuat mesin tetas sederhana yang terbuat dari kayu dan triplek dengan tambahan termostat dan termometer. Mesin tetas dapat dibuat dengan ukuran 50x50x40 (PxLxT). Setelah mesin tetas terbentuk, diberikan lubang di bagian atas untuk sirkulasi udara. Bagian mesin tetas diberikan penyangga untuk meletakan telur dan dibagian bawahnya terdapat air untuk menjaga kelembabannya.
Periode pengeraman pada puyuh relatif lebih cepat yaitu 18 hari. Pada periode pengeraman harus menjaga suhu sekitar 37-38ÂșC dan kelembaban 70-80%. Setiap hari telur harus diputar dengan tujuan untuk menghindari embrio menempel pada dinding telur. Setelah telur menetas, segera pindahkan anak puyuh ke sangkar starter.
f.        Pemanenan
Subekti dan Hastuti (2013) menyatakan bahwa Ukuran tubuh puyuh relatif kecil, puyuh betina dewasa mempunyai bobot sekitar 130 gram. Hal ini juga menguntungkan karena kita dapat memelihara puyuh dalam jumlah besar di lahan yang tidak terlalu luas termasuk juga dapatdi pelihara di pekarangan. Selain puyuh yang telah berhenti bertelur atau produksinya rendah, puyuh jantan dapat dimanfaatkan untuk dijual atau dipotong sebagai penghasil daging yang memiliki nilai gizi dan rasa yang hampir sama dengan jenis unggas yang lain. Baik telur maupun daging puyuh cukup digemari masyarakat sehingga memudahkan dalam memasarkan produk. Telur dan daging puyuh dapat diolah menjadi berbagai masakan sesuai selera.

.4.        Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang digunakan dalam program ini adalah sebagai berikut:
 a.  Power Point
Media yang digunakan untuk menjelaskan budidaya ternak burung puyuh pada lahan yang cukup sempit kepada pemuda karang taruna sebagai sasaran. Dalam power point ini berisi materi mengenai mekanisme budidaya ternak puyuh.
b.    Video
Menyampaikan informasi kepada sasaran yakni pemuda karang taruna dengan menggunakan video mengenai budidaya puyuh sebagai sarana dan alat yang digunakan dalam proses penyampaian materi sehingga diharapkan sasaran akan lebih mudah memahami informasi yang disampaikan.dan dapat meningkatkan minat untuk beternak burung puyuh.
c.     Blog dan Poster
Media tulis seperti poster yang digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai ringkasan materi mekanisme budidaya ternak burung puyuh untuk memudahkan dalam pemahaman terhadap informasi yang diberikan. Blog dapat diakses melalui internet dengan menggunakan jasa warnet maupun menggunaka smartphone yang dimiliki.

DAFTAR PUSTAKA

Amo, M., J.L.P. Saerang, M. Najoan, dan J. Keintjen. 2013. Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit dalam Ransum Terhadap Kualita Telur Puyuh. Jurinal Zootek. 33(1): 48-57.
Farfar,  R.A.  2014. Respon Petani Terhadap Penerapan Metode Penyuluhan Pertanian di Kota Ambon Provinsi. Jurnal Budidaya Pertanian. 10: 48-51.
Handayani,S.H., Rr. A. Qonita, dan A.I. Sari. 2013. Peningkatan Produktivitas Peternak Puyuh Menghasilkan DOQ dengan Mesin Tetas Semi Otomatis di Kabupaten Ngawi. Pusat Studi Pendamping Koperasi dan UMKM. 1(2): 84-97.
Kasiyati., Silalahi, B.A., Permatasari, I. 2009. Optimasi Pertumbuhan Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) Hasil Pemeliharaan dengan Cahaya Monokromatik. Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan. Universitas Diponegoro. Semarang
Kusnadi, Dedy. 2011. Metode Penyuluhan Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan Bogor. Bogor.
Lainawa, J., Santa1, M.N., Pandey1, J.,Bagau, B. 2015. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Sebagai Bahan Baku Industri Dan Pakan Alternatif Dalam Meningkatkan Pendapatan Ternak Puyuh
Organik Di Kecamatan Sonder, Kabupaten Minahasa. Seminar Nasionsl Masyarakat
Biodiv Indonesia. Volume 1, Nomor 2. Halaman: 383-387
Panekenan, O.J., Loing, C.J., Rorimpandey, B., dan Waleleng, V.O.P. 2013. Analisis Keuntungan Usaha Beternak Puyuh Di Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Jurnal Zootek.  Vol.32 (5) . Halaman : 1-10.
Rasyid, Anuar. 2012. Metode Komunikasi Penyuluhan pada Petani Sawah. Jurnal Ilmu Komunikasi. 1(1):1-55.
Subekti, E., dan Hastuti, D. 2013. Budidaya Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica ) di Pekarangan Sebagai Sumber Protein Hewani dan Penambah Income Keluarga. Mediagro. Vol 9. No. 1. 2013 . Hal  1-10
Sya’ada, N. 2014. Analisis Dampak Pertambahan Penduduk Terhadap Penyerapan Angkatan Kerja. Jurnal Ilmu Pendidikan Geografi. Vol 2, No 1. Halaman 61-70.
Wiranda,G.P., D.A. Astuti, dan W Hermana. 2009. Pengkayaan Produk Puyuh Melalui
Pemanfaatan Pakan Lokal Yang Mengandung Anti Oksidan dan Mineral Sebagai Alternatif Penyediaan Protein Hewani Bergizi Tinggi. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB. Dept. Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas pertnakan IPB.
Wuryadi, S. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah sistem pertanian terpadu

contoh manual mutu produk pangan yang sederhana