makalah tentang teknologi pengolahan bahan pakan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pakan
merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup ternak. Zat gizi pada pakan
dibutuhkan ternak untuk pertumbuhan, mempertahankan dan memperbaiki jaringan
tubuh, mengatur proses dalam tubuh, dan menyediakan energi. bahan pakan harus
dapat memenuhi jenis dan jumlah zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Bahan
pakan berasal dari komoditas pertanian, perikanan dan perkebunan yang rentan
mengalami kerusakan dan pembusukan. Kerusakan yang terjadi sering disertai
dengan pembentukan senyawa beracun dan hilangnya nilai zat gizi bahan pakan
Pengolahan dan pengawetan bahan
pakan merupakan salah satu usaha untuk menekan, mengurangi atau menghalangi
mikroba yang tergolong pathogen dan penghasil racun pada bahan pakan. Pengolahan
dan pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan cara fisik atau mekanik,
kimiawi, dan biologis. Pengolahan bahan pakan mempunyai peran cukup besar dalam
perubahan kandungan gizi yang ada di dalamnya. Pengolahan bahan pakn yang
salah dapat menyebabkan hilangnya kandungan gizi yang ada di dalam makanan.
Oleh
karena itu perlu dilakukan pengolahan atau pengawetan dengan baik agar pakan
selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut. Salah satu cara
pengawetan bahan pakan adalah amoniasi.
1.2 Rumusan
masalah
1. Bagaimana
mekanisme amoniasi pada jerami padi?
2. Berapa
takaran yang dibutuhkan untuk pembuatan amoniasi?
1.3 Tujuan
Tujuan
utama dalam pengawetan adalah untuk memelihara atau mempertahankan kualitas dan
kuantitas nutrisi bahan pakan dengan meminimalkan kehilangan pada saat
pemanenan dan penyimpanan
1.4 Manfaat
1.
Sebagai
sumbangsih ilmu di bidang peternakan
2.
Sebagai
informasi mengenai mekanisme amoniasi jerami padi
3.
Sebagai
informasi yang dapat dipublikasikan secara luas di tingkat peternak
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Ada
dua proses kimiawi penting yang terjadi secara berurutan selama pemeraman jerami
padi dengan larutan urea. Pertama adalah proses ureolisis yaitu proses
penguraian urea menjadi amonia oleh enzim urease yang diproduksi oleh 4 bakteri
ureolitik yang terdapat pada jerami padi. Kedua, amonia yang terbentuk mengubah
komposisi dan struktur dinding sel jerami padi yang dapat melonggarkan atau
membebaskan ikatan antara lignin dan selulose atau hemiselulose yaitu dengan
memutus jembatan hidrogen antara lignin dan selulose atau hemiselulose.
Kondisi ini akan mengubah fleksibilitas
dinding sel jerami padi sehingga memudahkan penetrasi enzim yang dihasilkan
oleh mikroba rumen dalam proses pencernaan jerami padi dalam rumen (Santoso dan
Hariadi. 2008).. Secara skematis kedua proses tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
CO(NH2)2
+ H2O 2NH2 + CO2 O O R-C-O-R* + 2NH3 R-C-NH2 + H-O-R
*
Di mana R adalah senyawa karbohidrat, dan R* adalah senyawa karboksilat dalam
bentuk asam karboksilat atau phenyl propane dari lignin.
Cara
kimia dengan “amoniasi” dirasa merupakan cara yang paling tepat dalam
pengolahan ini, karena mudah dilakukan, murah, tidak mencemari lingkungan dan
sangat efisien (Rahmat dan Bagus, 2012). Potensi jerami padi, khususnya di
Indonesia (pulau Jawa) sangat besar. Pada musim hujan para peternak tradisional
dapat memberi sapinya dengan hijauan segar yang berlimpah, namun pada musim
kemarau (paceklik) sebagian besar petani peternak memberi pakan ternaknya
dengan jerami tanpa diolah. Meskipun jerami ini dapat di makan oleh sapi, namun
sebagian tidak tercerna dan tidak akan menjadikan gemuk bagi ternaknya. Hal ini
dikarenakan jerami padi mempunyai serat kasar yang tinggi (35 – 40%) dan
protein yang rendah (3 – 4%). Dengan produksi lebih dari 26 juta ton pertahun
(di Indonesia), maka sangatlah sayang kalau potensi jerami ini diabaikan (Hindratiningrum,
dkk, 2011).
Pemberian
pakan tambahan pada sapi sebaiknya dapat meningkatkan daya cerna pakan. Proses
pencernaan menjadi sangat efisien karena senyawa yang tidak bisa dicerna
mikroba rumen secara alamiah dapat diurai oleh mikroba yang bersala dari pakan
tambahan.
Jenis
mikroba yang terdapat dalam pakan tambahan dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu bakteri selulolitik, fungi selulolitik, dan protozoa (hewan
renik bersel tunggal) selulolitik (Yulianto dan Cahyo, 2010). Ketiga kelompok
mikroba tersebut sangat peranannya bagi sapi (ternak ruminansia) untuk membantu
meningkatkan kemampuan ternak dalam
mencerna serat kasar
BAB III
PEMBAHASAN
Secara
umum bahan makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, tetapi tidak semua
komponen dalam bahan makanan ternak tersebut dapat dicerna oleh ternak. knologi
pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah pertanian,
perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya sebagai pakan.
Pengolahan
pakan disini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna,
utamanya untuk ternak ruminansia serta peningkatan kandungan protein bahan (Rahmat
dan Bagus. 2012). Beberapa alternatif pengolahan dapat dilakukan secara fisik
(pencacahan, penggilingan dan atau pemanasan), kimia (larutan basa dan atau
asam kuat), biologis (mikroorganisme atau enzim) maupun gabungannya. Pengolahan
cara fisik dan biologis memerlukan tenaga dan investasi yang cukup tinggi dan
dalam skala besar, sering kali menjadi tidak berjalan.
AMONIASI JERAMI PADI
adalah
cara pengolahan kimia menggunakan amoniak (NH3) sebagai bahan kimia yang
digunakan untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaligus
meningkatkan kadar N (Syukur, 2016). Cara ini mempunyai keuntungan-keuntungan
yaitu: sederhana, mudah dilakukan, murah (sumber NH3 diambil dari urea), juga
sebagai pengawet, anti aflatoksin, tidak mencemari lingkungan dan efisien
(dapat meningkatkan kecernaan sampai 80%).
Amoniak
dapat menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding sel sehingga
membebaskan iikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa, sehingga
memudahkan pencernaan oleh selulase mikroorganisme rumen. Amoniak akan terserap
dan berikatan dengan gugus asetil dari bahan pakan, kemudian membentuk garam
amonium asetat yang pada akhirnya terhitung sebagai protein bahan (Santoso dan Hariadi.
2008).
Teknologi
pengolahan dengan amoniak ini benarbenar mudah untuk dilaksanakan dan tidak
berbahaya sama sekali dalm pengerjaannya (meskipun dinamakan pengolahan kimia).
Siapa saja dapat melakukan asal mengerti dengan jelas prinsip dan metode mana
yang akan dilakukan (metode basah atau kering). Dibandingkan dengan pengolahan
cara kimia lain, biayanya jauh lebih murah. Perlakuan urea amoniasi pada jerami
padi bertujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi jerami padi sebagai pakan
ternak ruminansia yang meliputi peningkatan kandungan protein (Hindratiningrum,
dkk, 2011), konsumsi dan daya cerna sehingga dapat lebih efisien dimanfaatkan
oleh ternak dan dapat memasok zat makanan khususnya energi lebih banyak pada
ternak.
PEMBUATAN AMONIASI JERAMI PADI
Metode
yang akan dilakukan dalam proses amoniasi disini adalah “Amoniasi Cara Basah”
dengan menggunakan urea sebagai sumber amoniak (NH3). Prosedur Pembuatan :
Bahan
–bahan :
•
15 kg jerami padi (kering udara)
•
870 gram urea
•
5 liter air
Catatan
: Bila menggunakan drum, jerami padi yang dipakai adalah 30 kg, urea 1,74 kg
dan air sebanyak 10 liter
Peralatan
:
•
Timbangan
•
1 (satu) lembar plastik (180x200 cm) untuk mencampur
•
1 (satu) lembar plastik kantong (100 x 150 cm) rangkap atau drum bekas
•
1 (satu) ember • 1 (satu) alat pengaduk
Cara
pengerjaan :
1.
Kantong plastik langsung dilapis dua dengan cara memasukkan lembar pertama ke
dalam lembar kedua. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan plastik
agar tidak bocor. Bila menggunakan drum, tidak perlu dilapis plastik.
2. Seluruh jerami dimasukkan dalam kantong
plastik atau drum.
3.
Larutkan urea dengan mencampur 870 gram ke dalam ember yang berisi 5 liter air,
diaduk-aduk sampai semua urea larut.
4.
Siram dan campurkan larutan urea tersebut (sedikit demi sedikit) pada jerami
yang ada di dalam kantong plastik atau drum, diaduk-aduk dan sedikit
dibolak-balik sampai merata seluruhnya. Kemudian jerami di dalam plastik atau
drum dipadatkan (sesuai kekuatan plastik atau drum).
5.
Selanjutnya tutup (ikat) dulu lapisan plastik pertama pada bagian atasnya,
kemudian baru lapisan plastik ke dua. Kantong plastik atau drum ini dapat
disimpan pada tempat yang aman. Bila menggunakan drum maka permukaan drum
ditutup dengan plastik rangkap dua.
6.
Setelah 4 minggu, amoniasi jerami padi dapat dibuka. Sebelum diberikan ternak
jerami padi amoniasi tersebut harus diangin-anginkan selama 1- 2 hari (sampai
bau menyengat amoniak hilang).
BAB
IV
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
1. Amoniasi Jerami Padi adalah cara
pengolahan kimia menggunakan amoniak (NH3) sebagai bahan kimia yang digunakan
untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar
N (proteinnya).
2. Cara
ini mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu: sederhana, mudah dilakukan, murah
(sumber NH3 diambil dari urea), juga sebagai pengawet, anti aflatoksin, tidak
mencemari lingkungan dan efisien (dapat meningkatkan kecernaan sampai 80%).
3.2 SARAN
Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari
itu disarankan untuk dapat mengkritik dan memberi saran, guna membangun makalah
ini menjadi lebih baik dari sebelumnya
DAFTAR
PUSTAKA
Hanum, Z. 1 dan Yunasri, U. 2011. Analisis Proksimat Amoniasi
Jerami Padi dengan Penambahan Isi Rumen. Agripet.
11(1) : 39-44
Hindratiningrum, N., Muhammad, B dan Setya, A. S. 2011. Produk
Fermentasi Rumen dan Produksi Protein Mikroba Sapi Lokal yang Diberi Pakan
Jerami Amoniasi dan Beberapa Bahan Pakan Sumber Energi. Agripet. 11(2) : 29-34
Rahmat dan Bagus, H. 2012. 3 Jurus Sukses Menggemukkan Sapi Potong.
Jakarta Selatan. PT Agromedia Pustaka.
Santoso, B. dan B. Tj.
Hariadi. 2008. Komposisi Kimia, Degradasi Nutrien dan Produksi Gas Metana in
VitroRumput Tropik yang Diawetkan dengan Metode Silase dan Hay. Media Peternakan. 31(2): 128-137
Sarwono, B dan Arianto, H.B.. 2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya, Jakarta
Syukur,
A. 2016. 99% Gagal Beternak Kambing.
Jakarta Timur. Penebar Swadaya
Komentar
Posting Komentar