makalah inseminasi buatan pada unggas
Hai hai para readers....
kali ini aku mau share makalah tentang inseminasi buatan pada unggas
Pada makalah ini meliputi penampungan semen pada unggas, uji kualitas semen pada unggas, pengenceran semen, teknik IB pada unggas dan evaluasi keberhasilan IB unggas. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kalian yang mungkin kesulitan mencari artikel yang mencakup hal ini. apabila ada salah kata dalam penulisan atau penyebutan istilah mohon dimaklumi ya :)
Langsung aja ya cekidot...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode penampungan semen yang digunakan pada unggas adalah dengan pengurutan (massage) pada bagian punggung ayam. Penampungan semen dilakukan oleh dua orang. Seorang memegang ayam pada kedua pahanya dengan tangan kiri sambil mengurut bagian punggung ayam untuk merangsang keluarnya semen, dan seorang lagi menyiapkan tabung penampung semen berskala dan tissue pembersih kotoran ayam ( Ridwan,2008).
Volume semen pada satu kali ejakulasi dan dapat dilihat dari tabung penampungan yang berskala. Pada ayam volume semen yaitu 0,2 – 0,5 ml. Pada ayam Kampung yaitu 0,27 ml/ejakulasi. Meskipun demikian volume yang dihasilkan menurut pernyataan Sopiyana, dkk (2006) yang disitasi dari (TOELIHERE, 1985) masih dalam kisaran normal untuk unggas yaitu sebesar 0,25 – 0,5 ml. Perbedaan volume semen dipengaruhi oleh : perbedaan individu, umur, bangsa ternak, nutrisi, frekwensi ejakulat, libido dan kondisi ternak itu sendiri. pH dapat dilihat dengan menggunakan kertas lakmus. Semen yang normal mempunyai pH 6,2–7,8. semen berkualitas baik karena memiliki kisaran pH yang netral dan sesuai dengan hasil Sopiyana, dkk (2006) yang disitasi dari ABDILLAH (1996) pada semen ayam lokal yaitu pH 7 – 7,5. Cara perhitungan dan pembuatan ulasan sama dengan cara menghitung viabilitas, hanya saja dibandingkan antara spermatozoa yang normal dan abnormal. Spermatozoa abnormal bisa dilihat dari bentuk morfologi spermatozoa itu sendiri, bentuk-bentuk spermatozoa abnormal diantaranya adalah kepala yang terlalu besar, ekornya putus, ekor bercabang, ekornya melingkar dan sebagainya. Kualitas semen dapat dipertahankan sampai 18 jam yang memiliki kualitas semen yaitu: motilitas individu 47 + 5.87, viabilitas 69.4 + 3.34 dan abnormalitas 15 + 0.82 (Danang, dkk, 2012).
Laktosa merupakan salah satu senyawa pereduksi dan memiliki struktur yang stabil. Sebagai senyawa pereduksi, laktosa memiliki fungsi yang mirip dengan senyawa antioksidan karena mampu meredam senyawa-senyawa pengoksidasi, sehingga juga berperan dalam meminimalkan terjadinya reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi bersifat merugikan karena menghasilkan produk yang dapat merusak integritas membran plasma sel. Sebagai senyawa yang stabil, laktosa tidak mudah mengalami perubahan struktur menjadi bentuk ion yang dapat mengubah tekanan osmotik larutan pengencer semen. Perubahan tekanan osmotik larutan pengencer menjadi hipoosmotik atau hiperosmotik dapat menyebabkan kematian spermatozoa. Penambahan laktosa pada pengencer akan mampu melindungi membran sel spermatozoa selama proses penyimpanan pada suhu dingin (3-5oC) dan serangan radikal bebas sehingga membran sel tetap dalam keadaan utuh, motilitas sel dapat dipertahankan dan daya fertilitas tetap dalam keadaan baik. (Bebas dan Desak, 2015)
Bovine Serum Albumin (BSA) merupakan krioprotektan ekstraseluler yang mempunyai peran penting untuk melindungi integritas membrane sel selama proses penyimpanan pada suhu dingin. Senyawa yang dapat berperan sebagai krioprotektan ekstraseluler yang berfungsi sebagai pelindung membran plasma sel salah satunya adalah Bovine Serum Albumin (BSA). Bovine Serum Albumin merupakan protein butiran (globular) dengan berat molekul 66 kDA, dan mempunyai komposisi asam amino sebanyak 20 macam. Dari segi kandungan asam aminonya, BSA mempunyai kandungan yang lebih lengkap dari plasma semen namun kandungan ion yang terdapat pada BSA belum didapat informasinya. Jenis protein ini selain dapat berperan sebagai krioprotektan ekstraseluler juga dapat mensuplai energi cadangan selama proses preservasi dan kriopreservasi semen kalkun. (Wahana dkk, 2014).
DMSO adalah campuran organosulfur dengan rumus kimia (CH3)SO dan mempunyai berat molekul kecil sebesar 78,13, oleh karena itu DMSO dikenal sebagai krioprotektan intraseluler. Penambahan DMSO bertujuan untuk memelihara keutuhan membran dan meningkatkan potensial osmotik media sehingga cairan di dalam sel mengalir keluar dan terjadi dehidrasi. Kemampuan proteksi krioprotektan terhadap membran sel merupakan indikasi dari interaksi yang berjalan baik antara krioprotektan dan membran sel. Interaksi ini dapat mengurangi kerusakan membran sel pada saat terjadi perubahan keadaan dari relatif cair ke struktur relatif padat dan juga pada saat kembali ke struktur yang relatif cair selama proses thawing. Konsetrasi DMSO 6% pada pengencer fosfat kuning telur mampu mempertahankan keutuhan membran yang berfungsi: mengatur lalu lintas senyawa-senyawa, ion-ion yang masuk dan keluar sel atau organel; mengatur pergerakan ion atau molekul dari dalam ataupun luar sel; sebagai reseptor molekul-molekul khusus (hormon), metabolit, dan agensia seperti bakteria dan virus; tempat berlangsungnya berbagai reaksi kimia seperti pada membran mitokondria, kloroplas, retikulum endoplasma; sebagai reseptor perubahan lingkungan sel seperti perubahan suhu, intensitas cahaya dan lain-lain. (Bebas dan Indira, 2014).
Komponen polifenol lain yang utama pada minyak zaitun adalah hydroxytyrosol (Hty) dan hydroxytyrosyl acetate(Hty-A) (Pereira-Caro et al., 2012). Kandungan Hty dan Hty-A pada minyak zaitun yang digunakan pada penelitian turut membantu menghambat kerusakan spermatozoa dengan cara mencegah stres oksidatif pada spermatozoa ayam. Hty efektif mencegah sel dari stres oksidatif dengan cara mengikat radikal (radical scavenger) dan mengatur protein signal yang melibatkan induksi enzim krioprotektif, dengan demikian dapat berperan dalam mekanisme proteksi sel tambahan.Hty menjadi kemo-protektif terbaik karena mekanisme ganda yang dimilikinya dalam mencegah stres oksidatif yang dapat menyebabkan kerusakan sel, namun Hty-A lebih efisien dalam memelihara integritas membran biologis daripada Hty karena Hty-A memiliki akses ke dalam membran sel yang lebih baik. Kompoen alami Htydan HTy-A pada minyak zaitun efektif melindungi sel hepatik dari kerusakan oksidatif. Antioksidan HT dan oleuropein lebih efektif sebagai pelindung dibandingkan BHT atau vitamin E. (Khaeruddin dkk, 2015).
BAB III
PEMBAHASAN
Metode penampungan semen pada ternak unggas mengunakan metode massage (pengurutan). Metode massage (pengurutan) merupakan metode dengan memijat bagian pada bagian punggung ayam sampai kloaka. Alat – alat yang digunakan untuk menampung spermatozoa adalah corong ukuran 1 – 2ml yang ada tutup spoit, tisu, lap, dan alkohol. Pastikan ayam pejantan sehat sebelum dilakukan penampungan. Bagian ekor dari ayam pejantan dibersihakan dari kotoran yang bisa menyebebakan kontaminasi pada semen yang akan ditampung. Ridwan (2008) teknik penampungan semen yang digunakan pada unggas adalah dengan pengurutan (massage) pada bagian punggung ayam. Penampungan semen dilakukan oleh dua orang. Seorang memegang ayam pada kedua pahanya dengan tangan kiri sambil mengurut bagian punggung ayam untuk merangsang keluarnya semen, dan seorang lagi menyiapkan tabung penampung semen berskala dan tissue pembersih kotoran ayam.
Uji kualitas semen pada unggas sama halnya dengan uji kualitas semen pada ternak lainnya tidak ada perbedaan yang signifikan. Uji kualitas semen dilakukan segera setelah penampungan atau sebelum diencerkan. Uji kualitas spermatozoa ada dua tahap :
1. Uji Makroskopis
a) Warna
Semen yang normal mempunyai warna putih susu sampai kekuningan. Bila warnanya coklat atau kemerahan berarti semen tersebut telah bercampur dengan darah atau nanah karena adanya luka pada saluran kelamin. semen ayam berwarna putih seperti air susu. Warna kehijauan merupakan tanda adanaya bakteri pembusuk.
b) Bau
Semen mempunyai bau yang khas.
c) Volume
Volume semen pada satu kali ejakulasi dan dapat dilihat dari tabung penampungan yang berskala. Pada ayam volume semen yaitu 0,2 – 0,5 ml. Pada ayam Kampung yaitu 0,27 ml/ejakulasi. Meskipun demikian volume yang dihasilkan menurut pernyataan Sopiyana, dkk (2006) yang disitasi dari (TOELIHERE, 1985) masih dalam kisaran normal untuk unggas yaitu sebesar 0,25 – 0,5 ml. Perbedaan volume semen dipengaruhi oleh : perbedaan individu, umur , bangsa ternak, nutrisi, frekwensi ejakulat, libido dan kondisi ternak itu sendiri
d) Konsistensi
Kekentalan semen yaitu konsistensi ini berkorelasi dengan konsentrasi spermatozoa. Peniliannya bisa encer, agak kental, kental.
e) pH
pH dapat dilihat dengan menggunakan kertas lakmus. Semen yang normal mempunyai pH 6,2–7,8. semen berkualitas baik karena memiliki kisaran pH yang netral
dan sesuai dengan hasil Sopiyana, dkk (2006) yang disitasi dari ABDILLAH (1996) pada semen ayam lokal yaitu pH 7 – 7,5.
2. Uji Mikroskopis
a) Motilitas Massa
Pergerakan dari kumpulan spermatozoa, caranya semen segar diletakkan diatas obyek glass tanpa ditutup cover glass dan dilihat di mikroskop dengan perbesaran 100x.
Penilaian motililitas massa :
• (+ + + ) jika spematozoa tersebut kelihatan seperti kumpulan awan gelap yang bergerak aktif dan sangat cepat seperti awan gelap ketika akan turun hujan.
• ( + + ) jika spermatozoa tersebut kelihatan saperti awan gelap tetapi gerakannya tidak terlalu cepat.
• ( + ) jika yang terlihat hanya pergerakan individu saja dan tidak ada kumpulan spermatozoa.
• ( 0 ) jika spermatozoa tidak bergerak.
b) Motilitas Individu
Pergerakan individu dari spermatozoa tersebut, caranya semen diletakkan di atas object glass dan ditutup cover glass serta diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 400x. Penilaian Motilitas individu ini dilihat berapa spermatozoa yang bergerak progresif kedepan (pergerakan mundur dan melingkar tidak di ikut sertakan) dibandingkan dengan spermatozoa yang diam ditempat. Penilaian motilitas individu ini dalam bentuk prosentase spermatozoa yang bergerak
c) Konsentrasi
Konsentrasi adalah menghitung jumlah spermatozoa dalam satu ml semen.
Cara perhitungan :
1) Semen disedot dengan pipet eritrosit sampai angka 0,5.
2) NaCl 3% disedot pada pipet eritrosit tadi sampai angka 1,01 atau 11.
3) Dikocok dengan membentuk angka 8 selama 2–3 menit.
4) Dibuang 2–3 tetes, kemudian dikocok lagi selama 1 menit dan dibuang 1 tetes
5) Diteteskan pada obyek sitometer thoma (haemocytometer) dan ditutup cover glass serta diamati dengan perbesaran 400x.
6) Jumlah spermatozoa dihitung pada lima kotak besar (satu kotak besar ada 16 kotak kecil), yaitu pada empat kotak besar pojok dan satu kotak besar tengah atau diagonal dari kiri kanan ke kanan bawah).
7) Jumlah spermatozoa pada kelima kotak tersebut dikalikan 107 dan konsentrasi spermatozoa yang didapatkan. Misalnya, jumlah spermatozoa dalam kelima kotak tersebut ada 150, berarti konsentrasi yang didapatkan adalah 150×107 atau 1500×106 per ml.
d) Viabilitas (persentase hidup–mati)
Penentuannya dengan membuat ulasan eosin (berwarna merah sebagai pewarna spermatozoa)–negrosin (berwarna biru sebagai background), kemudian dihitung dalam bentuk persentase antara sperma yang hidup dan mati.
Cara pembuatan ulasan :
1) Semen diletakkan diatas object glass dengan menggunakan ose kemudian disampingnya diberi eosin–negrosin dengan menggunakan ose.
2) Semen dan eosin–negrosin tersebut diaduk dengan menggunakan ose dan diulas dengan menggunakan cover glass dengan membentuk sudut 300.
3) Ulasan dikeringkan dan selanjutnya diamati dibawah mikroskop perbesaran 400x.
4) Spermatozoa yang hidup (tidak menyerap warna) dan spermatozoa yang mati (menyerap warna) dihitung. Jumlah antara sperma yang hidup dan yang mati minimal 200 spermatozoa.
5) Persentase spermatozoa hidup dibandingkan dengan spermatozoa mati.
e) Abnormalitas
Cara perhitungan dan pembuatan ulasan sama dengan cara menghitung viabilitas, hanya saja dibandingkan antara spermatozoa yang normal dan abnormal. Spermatozoa abnormal bisa dilihat dari bentuk morfologi spermatozoa itu sendiri, bentuk-bentuk spermatozoa abnormal diantaranya adalah kepala yang terlalu besar, ekornya putus, ekor bercabang, ekornya melingkar dan sebagainya.
Kualitas semen dapat dipertahankan sampai 18 jam yang memiliki kualitas semen yaitu: motilitas individu 47 + 5.87, viabilitas 69.4 + 3.34 dan abnormalitas 15 + 0.82 (Danang, dkk, 2012).
Teknik pengambilan sperma
1. Sebelum pengambilan sperma, ayam pejantan sebaiknya dipuasakan kurang lebih selama 10 jam. hal itu dilakukan untuk mengurangi pencemaran feces pada sperma yang ditampung (dapat mengurangi daya tunas).
2. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan pemerahan sperma, sebaiknya dilakuakan minimal oleh dua orang, dengan tugas melakukan perangsangan dan sebagai penampung sperma.
3. Satu orang memegang ayam jago (usahakan ayam dalam keadaan tenang) yang bertugas melakukan perangsangan yaitu dengan mengurut lembut dari pangkal paha atas hingga ke pangkal ekor hingga dengan cara beraturan. Tanda spesifik dari pejantan yang terangsang adalah ekor akan naik ke atas dan keluar tonjolan dari kloaka.
4. Apabila pejantan telah terangsang, dengan jari telunjuk dan jempol langsung menekan kloaka hingga terjadi ejakulasi. Sekarang terjadi ejakulasi, sperma yang keluar segera ditampung oleh orang kedua.
5. Sperma yang telah ditampung kalau memungkinkan dievaluasi dengan cara makroskopis dan mikroskopis.
Proses pengenceran semen
1. Pengenceran sperma diperlukan untuk mempertidak sedikit volume, jadi bisa dipakai untuk meng IB betina lebih banyak
2. Bahan pengencer yang umum dipakai adalah larutan NaCl Fisiologis 0,90 %, sebab bahan ini mempunyai tekanan osmotik yang hampir sama dengan spermatozoa.
3. Dosis pengenceran adalah 1 : 4-5 , yaitu 1 bagian sperma dan 4-5 bagian bahan pengencer lalu dikocok dengan cara perlahan jadi homogen, campuran sperma ini bisa bertahan selama kurang lebih 30 menit. Perbandingan pengencer adalah perbandingan yang optimal untuk daya nasib spermatozoa in vitro
DAFTAR PUSTAKA
Bebas, W. dan Desak N. D. I. 2015. Viabilitas Spermatozoa Ayam Hutan Hijau dalam Pengencer Posfat Kuning Telur Ditambah Laktosa pada Penyimpanan 5oC. Jurnal Veteriner. Vol. 16 (1): 62-67.
Bebas, W. dan Indira L. 2014. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Dimethylsulfoxide terhadap Kualitas Semen Beku Ayam Hutan Hijau Post Thawing. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan. Vol. 2 (2): 105-115.
Danang , D. R., Isnaini, P. , Trisunuwati.2012. PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA AYAM KAMPUNG DALAM PENGENCER RINGER’SPADA SUHU 40 C. J. Ternak Tropika Vol. 13, No.1: 47-57.
Danang , D. R., N. Isnaini dan P. Trisunuwati. 2012. Pengaruh Lama Simpan Semen Terhadap Kualitas Spermatozoa Ayam Kampung Dalam Pengencer Ringer’s Pada Suhu 40 C. J. Ternak Tropika.13 (1): 47-57,
Khaeruddin, Sumantri C. , Darwati S. dan Arifiantini R. I. 2015. Penggunaan Minyak Zaitun Ekstra Virgin ke dalam Bahan Pengencer Semen terhadap Kualitas Spermatozoa Ayam Lokal. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. Vol. 3 (1): 46-51.
Lubis, T.M.2011. Motilitas Spermatozoa Ayam Kampung dalam Pengencer Air Kelapa, NaCl Fisiologis dan Air Kelapa-NaCl Fisiologis pada 25-29°C. Agripet Vol 11, No. 2,
Ridwan , Rusdin. 2008. KONSERVASI SEMEN AYAM BURAS MENGGUNAKAN BERBAGAI PENGENCER TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA PASCA INSEMINASI BUATAN. J. Agroland 15 (1) : 63 – 67.
Sopiyana, S., Iskandar1, S. Susanti, T. dan Yogaswara, D. 2006. Pengaruh Krioprotektan Dma, Dmf dan Glycerol pada Proses Pembekuan Semen Ayam Kampung. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner
Wahana, A. G. , Made K. B. dan Wayan B. 2014. Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4°C. Indonesia Medicus Veterinus. Vol. 3 (4): 317-322.
Komentar
Posting Komentar