Fermented Meat Indegenous Product di Indonesia
Fermented Meat Indegenous Product di Indonesia
- Bentotan
Bebontot
merupakan salah satu jenis sosis
terfermentasi tradisional Bali yang sudah dikenal sejak dahulu. Bebontot dibuat dengan jalan
mencampur daging, lemak, garam dan ditambahkan rempahrempah serta dibungkus
dengan upih (kelopak daun pohon
pinang) yang kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 5
hari. Pada malam harinya, bebontot tersebut
digantung pada para-para dapur. Proses ini diakhiri apabila sudah muncul bau
spesifik bebontot.
Pembuatan bebontot
sangat mirip dengan sosis tradisional Bali (urutan) yang terfermentasi secara alami, juga pada brengkes, buntilan dan takilan
celeng. Beberapa produk tersebut hanya dibedakan oleh alat pembungkus
dan bumbunya. Pada bebontot, buntilan dan takilan celeng pembungkusannya adalah dengan upih, brengkes dengan tapis kelapa, sedangkan urutan dibungkus dengan usus babi. Rempah-rempah yang digunakan
sebagai bumbu dalam pembuatan bebontot
terutama berfungsi untuk memperbaiki citarasa dan aroma, selain sebagai
pengawet alami karena adanya senyawa tertentu yang secara alamiah telah
terdapat didalamnya. Bawang putih (Allium sativum L.) termasuk salah
satu tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi karena memiliki beragam
kegunaan. Manfaat utamanya adalah sebagai penyedap yang memberikan aroma yang
khas pada produk akhir dan mempunyai pengaruh preservatif terhadap produk
daging yang diolah karena mengandung minyak esensial yang bersifat
bakteriostatik. Pada pembuatan bebontot
secara tradisional tidak ditambahkan BAL sebagai kultur starter, sehingga
produk yang dihasilkan sering mengalami pembusukan terutama pada musim hujan.
Mutu produk yang dihasilkan oleh masyarakat sangat bervariasi dan masa
simpannya relatif singkat. Cara Pembuatan bebontot meliputi :
·
Daging babi
sebanyak 3000 g dan lemak babi sebanyak 1000 g dipotong-potong dalam bentuk
kubus denganpanjang sisi antara 0,5 cm
·
Cuci bersih
dan dicampur sampai merata
·
Daging dan
lemak yang telah tercampur merata ditambahkan dengan garam 80 g, gula 40 g dan
40 g laos, dan bawang putih secukupnya
·
Daging yang
sudah dicampur dibagi menjadi 5 bagian sama berat dan masing-masing bagian
ditambahkan kultur starter Pediococcus acidilactici
·
Kemudian
dibagi lagi menjadi 5 bagian sama berat dan dibungkus dengan dua lapis upih dan
kedua ujungnya diikat dengan tali.
·
Selanjutnya
dilakukan proses fermentasi yaitu dengan menginkubasi bungkusan-bungkusan
kedalam inkubator pada suhu
2 Urutan
Sosis tradisional (urutan)
merupakan daging babi yang telah dipotong dengan ukuran kecil lalu ditambahkan
garam beserta campuran bumbu dan dimasukkan ke dalam selongsong yang berasal
dari usus babi. Bumbu yang digunakan untuk membuat sosis tradisional (urutan)
ialah bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum),
ketumbar (Coriandrum sativum), jinten (Trachyspermum roxburghianum),
kencur (Kaempferia galanga), cabai (Capsicum frutescens), garam,
merica (Piper nigrum), kunyit (Curcuma longa), jahe (Zingiber
officinale) dan lengkuas (Alpenia galanga). Berbagai bumbu rempah
tersebut berfungsi sebagai pemberi aroma, cita rasa, pengawet, antioksidan dan
anti mikroba. Sosis tradisional (urutan) pada umumnya akan disimpan pada suhu
ruang oleh pedagang di pasar tradisional.
Komentar
Posting Komentar