PROCESSING PAKAN BROILER

1.1.            Latar Belakang
Pakan berperan sangat  penting dalam usaha peternakan, biaya produksi yang paling tinggi dalam usaha peternakan adalah biaya pakan dan diperkirakan sebanyak 70 %.  Kualitas pakan dapat menentukan tingkat produksi selain bibit dan manajemen pemeliharaan.  Kualitas pakan dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari pemilihan bahan baku pakan yang digunakan, ketepatan formulasi, proses dan peralatan yang digunakan (Puslitbangnak, 2013). 
Ransum merupakan pakan ternak yang terdiri dari campuran berbagai jenis pakan yang sengaja diformulasi untuk memenuhi kebutuhan ternak dalam sehari. Penyusunan ransum berdasarkan kebutuhan ternak sesuai dengan tujuan produksi. Imbangan nutrien dalam ransum terutama protein akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan tulang, sementara itu kandungan energi juga sangat penting dibutuhkan untuk menunjang aktivitas ayam broiler tersebut. Penyusunan ransum yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tiap periode umur ayam dipengaruhi oleh nilai gizi bahan makanan yang dipergunakan. Dalam prosesing pakan, bahan pakan yang digunakan harus mudah diperoleh, harga relatif murah dan kualitasnya memenuhi syarat.
Proses pembuatan pakan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dimulai dari penepungan atau penggilingan, penimbangan, percampuran, pembuatan pellet dan pengemasan. Setiap tahap dan alat yang digunakan dalam proses pembuatan pakan akan mempengaruhi kualitas pakan yang dihasilkan. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan pakan antara lain timbangan, mesin giling, mesin pencampur pakan (mixer), mesin pellet.

1.2.            Rumusan Masalah
     Dari uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa definisi dari prossesing pakan ?
2.      Bagaimana meakanisme prosessing pakan dimulai dari bahan baku sampai menjadi pellet dan crumble?

1.3.            Tujuan
          Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tahapan dari prossesing pakan dimulai dari bahan baku sampai menjadi pellet dan crumble.
1.4.            Manfaat
1.      Sebagai sumbangsih ilmu dan teknologi di bidang peternakan
2.      Sebagai informasi cara menyusun pakan pada ayam  pedaging (broiler)
3.      Sebagai informasi yang dapat dipublikasikan secara luas



 BAB II
PEMBAHASAN
A.      DEFINISI PROSESSING PAKAN
Prosessing pakan merupakan pengolahan bahan pakan menjadi pakan jadi sehingga dapat langsung diberikan kepada ternak sebagai pakan. Prosessing bahan pakan sangat penting karena dapat memberikan keuntungan maupun kerugian, jika misalnya terjadi kerusakan fisik maupun kimia yang tidak dikehendaki. Beberapa contoh prosessing bahan pakan yang lazim digunakan adalah drying (pengeringan), grinding (penggilingan), soaking (perendaman), cooking (pemasakan), pelleting (pembuatan pellet), dan crumble (pembuatan crumble).
B.       TAHAPAN PROSESSING PAKAN
1.      Grinding
Grinding adalah proses pengurangan ukuran partikel bahan dari bentuk kasar menjadi ukuran yang lebih halus untuk menyempurnakan proses mixing yaitu hasil pencampuran yang merata dan menghindari pemisahan partikel-partikel bahan. Grinding menggunakan alat hammermill ataupun rollermill.
Tujuan utama dari proses grinding adalah :
·         Meningkatkan luas permukaan partikel bahan terhadap sistem pencernaan sehingga meningkatkan daya cerna bahan
·         Memperbaiki cara penanganan terhadap bahan baku
·         Memperbaiki karakteristik mixing dari setiap bahan baku sehingga bisa diperoleh hasil mixing yang lebih homogen.
·         Meningkatkan efisiensi pelleting dan kualitas pellet karena persentase tepung bisa dikurangi dan mengurangi pekerjaan ulang dari proses pelleting akibat banyaknya tepung yang kembali ke sistem pellet.
·         Memuaskan selera konsumen dalam hal ini peternak karena tampilan pakan menjadi lebih baik.
Bahan - bahan yang harus melewati proses grinding adalah jagung, sorghum, cassava chips, groundnut meal, rape seed meal, linseed meal, soyabean meal, copra meal, dll. Kebanyakan sumber protein asal hewani sudah dalam bentuk halus sehingga tidak perlu digiling. Sistem feedmill mengadopsi teknik grinding dengan 2 pendekatan yaitu sistem pre grinding dan post grinding. Pada sistem pre grinding, semua bahan baku kasar yang harus dihaluskan akan masing-masing menjalani proses grinding untuk kemudian ke tahap mixing. Memungkinkan mengatur komposisi ukuran partikel hasil grinding sehingga tidak semua ukuran partikel akhir menjadi seragam menyebabkan tampilan pakan lebih menarik misalnya ukuran jagung yang lebih besar sehingga terlihat lebih kuning. Pada sistem post grinding, hasil mixing akan disalurkan ke hammer mill untuk proses grinding yang kedua kalinya. Dengan cara ini akan diperoleh hasil pakan yang sangat halus dan kualitas pellet yang jauh lebih baik. Sistem post grinding cocok untuk feedmill dimana persentase pakan pellet atau butiran sangat dominan.
http://siauwlielie.tripod.com/grinding.jpg
Gambar 1. Siklus Grinding (Feed Manufacturing Technology, p 82, Robert R McElhiney)

2.      Mixing (pencampuran)
Mixing adalah proses pencampuran bahan pakan sesuai dengan formulasi ransum yang akan dibuat, hasil mixing harus bersifat homogen sehingga jika sampel diambil pada suatu titik mixer akan menghasilkan nilai yang refresentatif. Refresentatif memiliki arti bahwa sampel tersebut dapat mewakili data nutrisi dan kualitas hasil mixing tersebut. Homogenitas dari suatu hasil mixing sangat penting. Penambahan antibiotik, hormon, dan additive lainnya dalam jumlah yang relatif sedikit dalam proses mixingharus homogen, hasil mixing yang tidak memiliki homogenitas yang cukup tinggi akan berdampak pada produktivitas ternak, bahkan dapat mengakibatkan kematian jika penambahan obat-obatan dalam prosesmixing tidak tercampur secara baik dan optimal sehingga obat-obatan tersebut akan terakumulasi pada suatu titik yang dapat menjadikan overdosis pada ternak nantinya.
Tipe horizontal memiliki kelebihan dibandingkan tipe mesin mixeryang lain. Homogenitas yang lebih seragam dihasilkan dari mesin mixertipe horizontal. Mesin mixer horizontal memiliki prinsip pencampuran dengan pengaduk yang berputar seperti helix sehingga alir pengadukan menjadi berlawanan antara alir dalam dan luar. Proses mixing dalam proses produksi sangat memegang peranan penting karena kapasitas produksi pakan ternak dalam suatu feedmill sangat dipengaruhi besar oleh kapasitas kinerja mesin mixer. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja proses mixing adalah ukuran bahan, jenis bahan, densitas bahan, dan waktu pencampuran. Waktu pencampuran dapat mempengaruhi efisiensimixing, waktu mixing yang terlalu cepat dapat menyebabkan belum maksimalnya pencampuran sedangkan waktu mixing yang terlalu lama dapat memungkinkan terjadinya segresi (pemisahan partikel). Jenis dan densitas bahan baku dapat berpengaruh dalam urutan pemasukan bahan baku ke dalam mesin mixing. Menurut Soeparjo (2010), urutan bahan baku dapat menyebabkan penyebaran bahan baku selama pencampuran. Mixermempunyai ambang batas dimana bahan dalam jumlah yang kecil tidak dapat tercampur secara homogen kedalam formulasi.
       Mixing merupakan titik pusat dari proses produksi. Mixing dapat dianggap sebagai “Ibu” dari semua proses produksi. Mixing merupakan operasi dasar dari suatu feed manufacturing yang sangat dibutuhkan. Pakan komplit yang merupakan campuran bahan pakan harus melalui proses mixing. Keseragaman harus dihasilkan dari proses mixing untuk memaksimalkan penggunaan nutrient. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan, produksi, kesehatan maka ternak haruslah mendapatkan pakan yang seimbang asupan nutrisi, feed additive pada konsentrasi yang diinginkan. Homogenitas yang sempurna merupakan hal yang sangat diharapkan dari proses mixing. Penggunaan indikator merupakan salah satu pengujian homogenitas. Indikator yang digunakan merupakan bahan baku yang digunakan dalam jumlah yang cukup sedikit dalam formulasi. Indikator seperti garam merupakan salah satu bahan yang biasa digunakan dalam pengujian homogenitas. Sampel yang mengandung garam dalam formulasinya  diuji dengan menggunakan teknik pengujian Na (sodium). Teknik pengujian kadar garam dapat menggunakan teknik Na ataupun Cl. Konsentrasi garam dan variasi antar sampel dihitung untuk menghasilkan koefisien keragaman (Coefficient Of Variation). Pencampuran yang baik adalah nilai CV dibawah 10%. Tindakan koreksi yang dapat dilakukan jika nilai CV lebih dari 10% adalah dengan menambah waktu mixing.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaxw4WoefZjInxKRCAtzJdY-7niqtU57Kw6pMCzERAAb0GrHzg7-UJW9kgn9RjZwT-Bn-0FDGQ6Yd72Ucd-42nm57hcnj7bVVvbSky1BSk_mLZ3CC6xoVuaSdo1Jv62YkVoJrMwTzOY08W/s400/1537835_mixervertikal.jpgMR_3060_7.png















3.  
Gambar 2. Mesin mixer vertikal.
 
Gambar 3. Mesin Mixer Horizontal.
 





3.      Pemasakan (steaming)
Pemasakan (steam) merupakan proses pengolahan dengan temperatur 60-90oc sehingga dapat meningkatkan kadar air hingga 17 % serta terjadinya gelatinisasi pati selama proses pelleting (16 sampai 25 % ), prossesing dengan steam dapat meingkatkan energi hingga 15 %. Pemasakan akan memberikan keuntungan khususnya bagi bahan pakan yang mengandung zat anti nutrisi dan bersifat racun. Melalui pemasakan atau pemanasan dapat menguraikan senyawa yang merugikan tersebut, disamping itu juga dapat meningkatkan ketersediaan protein dari pakan. Biasanya pada industri pakan ternak mesin steaming menjadi satu dengan mesin pelleting.
HTB16h.uLFXXXXcNXVXXq6xXFXXX9.jpg 








Gambar 4. Mesin Steaming dan pelleting.
 
 



4.      Pembuatan pelet (pelleting) 
Pembuatan pellet adalah proses mengkompresikan pakan berbentuk tepung dengan bantuan uap panas untuk menghasilkan pakan yang berbentuk silindris. Keuntungan dari pellet ini adalah pakan tidak berdebu, kandungan zat gizi pada pelet tersebut seragam, kepadatannya tinggi, akan mnegurangi sisa pakan, memaksa ternak untuk tidak memilih pakan yang disukainya saja, dan meningkatkan performans ternak yang bersangkutan. Pengolahan pakan menjadi bentuk pellet (pelleting) memiliki sejumlah keuntungan, antara lain meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan, meningkatkan kadar energi metabolis pakan, membunuh bakteri patogen, menurunkan jumlah pakan yang tercecer, memperpanjang lama penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan dan mencegah oksidasi vitamin (Patrick dan Schaible, 1979). Stevent (1981) menjelaskan lebih lanjut keuntungan pakan bentuk pellet adalah meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi keambaan atau sifat bulky, dengan demikian akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang tercecer. Selain itu, pellet juga memerlukan lebih sedikit tempat penyimpanan dan biaya transportasi jika dibandingkan dengan bahan-bahan pakan penyusun pellet.
Sistem kerja mesin pencetak sederhana adalah dengan mendorong bahan campuran pakan di dalam sebuah tabung besi atau baja dengan menggunakan ulir (screw) menuju cetakan (die) berupa pelat berbentuk lingkaran dengan lubang – lubang berdiameter 2 – 3 mm, sehingga pakan akan keluar dari cetakan tersebut dalam bentuk pellet. Kelemahan sistem ini adalah diperlukannya tambahan air sebanyak 10 – 20% ke dalam campuran pakan, sehingga diperlukan pengeringan setelah proses pencetakan tersebut. Penambahan air dimaksudkan untuk membuat campuran atau adonan pakan menjadi lunak, sehingga bisa keluar melalui cetakan. Jika dipaksakan tanpa menambahkan air ke dalam campuran, mesin akan macet. Di samping itu, pellet yang keluar dari mesin pencetak biasanya kurang padat.




mesin-pembuat-pelet-ikanhgp-60_n1big.jpeg
Gambar 5. Mesin Pelleting

 
 















5.      Pengemasan (Packaging)
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau mengawetkan produk. Kemasan merupakan bahan yang penting dalam berbagai industri. Kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan dapat dikontrol dengan pengemasan. Kemasan yang digunakan untuk menyimpan bahan pakan dapat mempengaruhi berapa lama pakan tersebut dapat disimpan.
Pengemasan baik menggunakan karung goni, karung plastik, kemasan kertas, dan kemasan plastik dapat mempertahankan kadar air ransum selama penyimpanan 8 minggu, yaitu kadar air ransum masih dibawah 14%.
Fungsi pengemasan adalah melindungi pakan jadi dari cahaya dan embun serta zat pancemar lingkungan lain.
Tujuan pengemasan yaitu:
·         Mencegah kerusakan
·         Memudahkan dalam penanganan
·         Menghindari kontaminasi
·         Nilai estetika

Yang perlu diperhatikan dalam pengemasan yaitu:
Ø  Bahan pengemas harus memperhatikan sifat fisika, kimia dan biologi bahan yang akan dikemas
Ø  Derivat polistiren dan polietilen lebih banyak digunakan sebagai bahan pengemas karena tidak mudah dicerna mikroorganisme, kuat dan ringan
Ø  Daya tahan suhu bahan pengemas


450ecc11481dd9e68bd5f4b57cf0dc1f.jpg
66fb8afa78.jpg
Gambar 7. Hasil Kemasan pakan
 
 

















BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1Prosessing pakan merupakan pengolahan bahan pakan menjadi pakan jadi sehingga dapat langsung diberikan kepada ternak sebagai pakan.
2. Beberapa tahapan prosessing bahan pakan yang lazim digunakan adalah drying (pengeringan), grinding (penggilingan), soaking (perendaman), cooking (pemasakan), pelleting (pembuatan pellet), dan crumble (pembuatan crumble).
3. Grinding adalah proses mengubah ukuran partikel bahan dari besar menjadi kecil untuk memudahkan dalam proses mixing dan menghindari pemisahan partikel-partikel bahan. Grinding menggunakan alat hammermill ataupun rollermill. Lalu dilakukan pemasakan (cooking) akan memberikan keuntungan khususnya bagi bahan pakan yang mengandung zat anti nutrisi dan bersifat racun. Kemudian dilakukan pembentukan pakan menjadi pellet atau crumble
3.2. Saran
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu yang terkait bagi pembaca serta masyarakat. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengharapkan masukan dan arahan dari semua pihak guna perbaikan yang lebih baik

  
DAFTAR PUSTAKA


Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah sistem pertanian terpadu

contoh manual mutu produk pangan yang sederhana